Pendidikan adalah dasar yang mana sebagai fasilitas atau sarana anak untuk menemukan potensinya dalam dirinya.Anak seharusnya menjadi tanggungjawab penuh orangtua untuk menerapkan proses pendidikan.Kekerasan kepada anak bukan berarti sebuah penyiksaan tetapi sebuah proses belajar untuk memahami hidup itu sendiri.Kekerasan yang terealisasi harus atas dasar atas pelanggaran yang dilakukan dan berakibat fatal.Misalkan saja seorang anak melakukan pencurian.Hukuman atas kesalahan seorang anak perlu dipertimbangkan bukan sesuka hati orangtua.Anak melakukan kesalahan dan disadari dengan hukuman yang seimbang maka jati diri dan moral hidup seornag anak terus digembleng.Perlu diketahui juga bahwa perkembangan tingka-laku anak dinilai dari didikan orangtua.Orangtua tidak boleh memberi label secara khusus atas tindakan anak yang salah.contohnya;Andi mencuri roti dipasar dan ditangkap oleh pemiik tokoh roti tersebut.Andi kemudian dibawa pulang ke rumah orangtua Andi.Secara manusiawi dan pandangan orangtua bahwa andi memalukan orangtuannya.Orangtua pasti marah dan bisa terjadi kekerasan kepada anak seperti memukulnya didepan Pemilik Roti tersebut.Atau sedang marah,orangtua menghina anaknya didepan orang banyak atau didepan teman-temannya dengan kalimat atau label ‘’Lihat ini si pencuri ulung’’. Otomatis seorang anak itu merasa malu.Apabila label Si Pencuri ulung itu sering diucapkan oleh orangtua dan teman-teman dari anak tersebut,yang akan terjadi yaitu sebuah kebiasaan.Dari kebiasaan menjadi terbiasa.Seperti yang dituliskan dalam buku Howard S.Becker (Outsider,1963), Hal ini bisa terjadi karena orangtua tidak tahu membedakan mana yang merupakan peanggaran hukum dan mana yang menjadi pelanggaran kejahatan.Setiap pemberian label tentu sesuai porsinya masing-masing.Anak tidak perlu diberi label negative.Karena karakter dan pembentukan kepribadian anak sejak dini adalah prediksi kedewasaan anak yang memasuki usia dewasa.
Ada pun berbagai bukti kejadian ditengah masyarakat yang mana anak dicap dengan label negative antara lain;
1.Keberadaan anak selalu dikwatirkan oleh orang-orang sekitar.
2.Psikologi anak akan terganggu
3.Anak tidak mampu mengekspresikan diri karena takut salah.
4.Anak akan selalu melakukan sesuatu yang membutuhkan perhatian orang lain misalnya mabuk-mabukan.
Label berarti Cap yang ditempelkan pada diri anak merupakan suatu ekspresi orangtua kepada anaknya.’’Usia anak adalah usia bermain oleh karena itu anak didik dengan cara bermain’’Ungkap Kak Seto ,(Mei 26/2016).Sebab mendidik anak dengan cara bermain bersama anak adalah proses kompanye senyum kepada anak.Psikologi anak akan diperhatikan secara berkala bukan memotong sebagian diri anak dari diri kita.Anak merasa malu ,diabaikan dan dihardik berarti kita menolak keberadaan anak kecil dalam diri kita.Jangan sampai mendidik anak bagaikan majikan yang kejam menuntut pekerjaan yang cepat selesai dengan upah yang tidak sesuai.Benar kalau apa yang ditulis oleh Rd. Budi Yuniarsa dalam Bukunya berjudul Kaya atau makmur,Piih yang mana?,’’Orangtua harus rendah hati bukan rendah pikiran dalam mendidik anak”.Rendah pikiran akan diuji ketika anak beranjak dewasa.Tabung emosi perlu dijaga.Anak adalah asset berharga dalam diri kita di masa yang akan mendatang dan bukan harta yang habis dikikis waktu karena keegoan kita.Ada baiknya juga pendidikan anak yang baik membentuk perasaan anak untuk mencintai orangtua dan sesamanya bahkan bangsanya sendiri.
Ada pun ciri -ciri anak yang ajaib dengan sifat-sifatnya ;
1.Selalu bergembira
Bergembira berarti suka senyum dan tertawa.Daya senyum adalah ciri khas seorang anak.Senyuman itu muncul karena suasana keluarga yang nyaman dan penuh pendidikan yang humoria.Anak diajak untuk menonton film kartun atau komedi lainnya.Karena dengan aura senyum dari seoarang dapat menghibur orang lain.Tertawa atau senyum juga menciptakan suasana yang rileks karena dapat membentuk hormon perkembangan anak,(Seperti yang dilansir di Kompasiana.com 16 Juni 2015).
2.Kreatif
Kreaktif seseorang anak tidak tergantung pada umur anak.Anak yang didik dengan cara baik akan menjadi kreaktif karena kreakfi dari seorang anak tidak memperhatikan hasil tetapi lebih pada proses yang dia lakukan.Gambaran diri seorang anak cenderung berkarya dengan sesuka hati tanpa bekerja yang melelahkan.Menurut Erickson ''Daya cipta dan kreaktif adalah generativity yang merupakan kekuatan ,menurunkan,meneruskan,dan menambah nilai agung.''
Generativity bertumbuh kuat pada masa tengah umur seorang anak.Pada masa ini seorang anak menurunkan dan meneruskan nilai-nilai hikmah,iman dan pandangan hidupnya kepada teman-temanya atau orang lain yang berkorelasi dengannya.
3.Rohani
Anak yang dididik dalam keluarga yang beriman akan membentuk sifat anak yang penuh kerohanian dengan menyatuh terhadap seluruh alam ciptaan Tuhan.Sifat rohani pada seorang anak merupakan bagian dari jati dirinya yakni pusat pandangannya kepada sesama tidak akan rusak,hilang dan padam.Anak yang bersifat rohani mampu membimbing orang lain dalam keheningan dan mengungkapkan rahasia mengenai dirinya,pribadinya dan masa depannya.
0 komentar:
Posting Komentar